Selasa, 28 September 2010

Perencanaan
Definisi
Suatu kegiatan khusus yang memerlukan keahlian tertentu, sifatnya cukup rumit, banyak menguras tenaga dan pikiran, serta membutuhkan waktu yang lama dalam penyusunannya.
Suatu pekerjaan sehari-hari, tidak rumit, bahkan bisa saja orang tersebut tidak menyadari bahwa dia telah melakukan perencanaan
Penetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut

Usaha sadar, terorganisir dan terus menerus guna memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif yang ada guna mencapai tujuan tertentu (Waterson, 1965)
Proses yang kontinyu yang menyangkut pengambilan keputusan/pilihan mengenai bagaimana memanfaatkan keseluruhan sumber daya yang ada guna mencapai tujuan tertentu di masa yang akan datang (Conyer,1984)
Proses menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia (UU no. 25/2004 ttg SPPN)
Unsur Perencanaan
(1) merencana berarti memilih
(2) perencanaan sebagai alat untuk mengalokasikan sumber daya
(3) perencanaan sebagai alat untuk mencapai tujuan
(4) perencanaan adalah untuk masa datang
KARAKTERISTIK PERENCANAAN
(1) mengarah ke pencapaian tujuan;
(2) mengarah ke perubahan;
(3) pernyataan Pilihan;
(4) rasionalitas;
(5) tindakan kolektif sebagai dasar.

JENIS PERENCANAAN (GLASSON 1974)
Physical planning and economic planning
Allocative and innovative planning
Multi or single objective planning
Indicative or imperative planning

Di Indonesia (robinson tarigan)
Top-down and Bottom Up planning
Vertical Planning and Horizontal Planning
Perencanaan yang melibatkan masyarakat langsung dan yang tak melibatkan masyarakat sama sekali

Lingkup Perencanaan

Hierarki Spasial (Ruang)
Dalam konteks ini perencanaan kota/perkotaan merupakan salah jenis perencanaan berdasarkan hierarki spasial, yakni pada tingkat/skala kota atau kawasan perkotaan.
Hierarki Operasional
Dalam hal ini perencanaan kota/perkotaan penyiapan dan antisipasi kondisi kota pada masa yang akan datang, dengan titik berat pada aspek spasial dan tata guna lahan, yang dimaksudkan untuk mewujudkan peningkatan kualitas lingkungan kehidupan dan penghidupan masyarakat kota dalam mencapai kesejahteraan.

PENGERTIAN WILAYAH Robinson Tarigan, 2004
Wilayah dapat diartikan secara sempit maupun luas sepanjang didalamnya terdapat unsur ruang/space
Untuk kepentingan perencanaan wilayah harus dapat dibagi atau dikelompokkan agar dapat dibedakan dengan kesatuan yang lain


PENGERTIAN WILAYAH DAN YANG TERKAIT (UU 26/2007)

Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah.

Jenis Wilayah atau Perwilayahan

WILAYAH ADMINISTRASI  di indonesia dikenal sebagai wilayah kekuasaan pemerintahan. Seperti Provinsi, kabupaten, kecamatan, desa, dll.
WILAYAH BERDASARKAN KESAMAAN KONDISI  sumatera utara dibagi atas pantai timur, pegunungan, dan pantai barat. Ada desa pedalaman, desa pegunungan, dll.
BERDASARKAN RUANG LINGKUP PENGARUH EKONOMIada wilayah growth pole and growth centre.
BERDASARKAN PERENCANAAN/PROGRAMdalam hal ini ditetapkan suatu batasan wilayah atau daerah yang terkena suatu program atau proyek dimana wilayah tersebut termasuk dalam suatu perencanaan untuk tujuan tertentu. Misal daerah DAS Bengawan Solo yang meliputi beberapa wilayah administrasi

PENGERTIAN KOTA Melville C Branch, 1995

Kota : WILAYAH KOTA
KOTA merupakan tempat tinggal beberapa ribu penduduk atau lebih
Perkotaan adalah area terbangun dengan struktur dan jalan sebagai suatu permukiman yang terpusat pada suatu area dengan kepadatan tertentu yang membutuhkan sarana dan pelayanan pendukung yang lebih lengkap dibandingkan dengan pedesaan

PENGERTIAN KOTA DAN YANG TERKAIT (UU 26/2007)
Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa.
Kawasan megapolitan adalah kawasan yang terbentuk dari 2 (dua) atau lebih kawasan metropolitan yang memiliki hubungan fungsional dan membentuk sebuah sistem.

Jenis Kota (berdasarkan jumlah penduduk)

1. Kota Kecil =penduduknya antara 20.000-50.000 jiwa
2. Kota sedang =penduduknya antara 50.000-100.000 jiwa
3. Kota besar =penduduknya antara 100.000-1.000.000 jiwa
4. Metropolitan =penduduknya antara 1.000.000-5.000.000 jiwa
5. Megapolitan =penduduknya lebih dari 5.000.000 jiwa

Jenis Kota Berdasarkan Perkembangannya
1. Tahap eopolis adalah tahap perkembangan desa yang sudah teratur dan masyarakatnya merupakan peralihan dari pola kehidupan desa kea rah kehidupan kota.
2. Tahap polis adalah suatu daerah kota yang sebagian penduduknya masih mencirikan sifat-sifat agraris.
3. Tahap metropolis adalah suatu wilayah kota yang ditandai oleh penduduknya sebagaian kehidupan ekonomi masyarakat ke sector industri.
4. Tahap megapolis adalah suatu wilayah perkotaan yang terdiri dari beberapa kota metropolis yang menjadi satu sehingga membentuk jalur perkotaan.
5. Tahap tryanopolis adalah suatu kota yang ditandai dengan adanya kekacauan pelayanan umum, kemacetan lalu-lintas, tingkat kriminalitas tinggi.
6. Tahap necropolis (Kota mati) adalah kota yang mulai ditinggalkan penduduknya.

PERENCANAAN WILAYAH (Robinson Tarigan)
Definisi
Mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor noncontrollable yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut, serta menetapkan lokasi dari bebrbagai kegiatan yang akan dilaksanakan.
Jenis Perencaan
Perencanaan Fisik
Perencanaan Tata Guna Lahan
Perencanaan Lingkungan
Menejemen Perkotaan
Perencanaan Kota
Pelestarian Bangunan bersejarah
Perencanaan Fiskal
Perencanaan transportasi
Perencanaan Fasilitas Publik
Perencanaan Perumahan

Jenis Perencanaan Wilayah
Tingkat Perencanaan dan Sumber Dana pemerintah mempunyai dana sendiri sehingga mampu merencanakan berdasarkan kemampuan anggaran
Perencanaan Tingkat Propinsi Produknya berupa RPJP (20 th), RPJM (5th)
Perencanaan Wilayah Tingkat Kabupaten produknya adalah RPJM, RKPD, RTRW, RDTR,
Perencanaan wilayah Tingkat Kecamatan produknya RUTR, RDTR
Perencanaan Pada Level Proyek penentuan tempat berbagai kegiatan yang etercakup dalam proyek tersebut. Menyelaraskan antara proyek dan aturan yang ada(RTRW)

RUANG LINGKUP PERENCANAAN WILAYAH
Perencanaan ruang wilayah dituangkan dalam perencanaan tata ruang wilayah
Perencanaan aktivitas dituangkan dalam rencana pembangunan wilayah jangka panjang, menengah dan pendek
Perencanaan Wilayah dimulai dengan penetapan visi dan misi

PENTINGNYA PERENCANAAN WILAYAH
Banyak diantara potensi wilayah selain terbatas jg tidak dapat diperbaharui
Jika tdk diatur, perubahan wilayah akan sangat tdk terkendali akibat majunya teknologi
Kesalahan dalam perencanaan sering sulit diubah atau diperbaiki, terkait dengan berbagai kepentingan yg melekat atasnya
Penggunaan dan pemilikan lahan tdk dapat sepenuhnya diserahkan pd mekanisme pasar
Tatanan wilayah mencerminkan kepribadian masyarakatnya

TUJUAN PERENCANAAN WILAYAH
Menghasilkan rencana yang menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang direncanakan baik oleh pihak pemerintah maupun oleh pihak swasta
Lokasi yang dipilih dapat memberikan efisiensi dan keserasian lingkungan yang maksimal

Senin, 27 September 2010

MAP

A. Latar Belakang
Pada dasarnya kota tidak akan lepas dari kehidupan masyarakat. Dimana dalam sebuah kehidupan, masyarakat harus melakukan berbagai aktifitas untuk bertahan hidup. Untuk bertahan hidup, manusia memerlukan kebutuhan hidup yang paling pokok. Yaitu sandang, pangan, dan papan. Yang artinya adalah setiap manusia sangatlah memerlukan pakaian untuk menutupi bagian tubuhnya, makanan untuk mengisi perutnya dan untuk melakukan aktifitas, dan juga rumah untuk ditinggali.
Dari berbagai kebutuhan tersebut, kota haruslah memenuhi semua itu, agar masyarakat yang ada di kota tersebut dapat bertahan hidup, dan juga hidup dengan damai. Sedangkan jumlah penduduk di sauatu kota selalu meningkat tajam, bahkan percepatannyapun kian waktu kian bertambah. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka bertambah pula kebutuhan.
Utamanya semakin bertambah jumlah penduduk, semakin bertambah pula jumlah kebutuhan akan perumahan dan pemukiman. Sedangkan perumahan dan pemukiman sangatlah bergantung dengan lahan yang ada di muka bumi ini. Padahal lahan yang ada di muka bumi ini tidak akan mengalami perubahan. Baik itu bertambah, maupun berkurang.
Sehingga kami mencoba mengaplikasikan ilmu yang kami dapat di bangku kuliah Metode Analisis Perencanaan untuk menganalisis kebutuhan akan perumahan danpemukiman di Kabupaten Karanganyar yang notabene kontur tanah yang ada di Kabupaten Karanganyar merupakan tanah yang tidak rata. Sehingga sulit digunakan bahkan berbahaya jika digunakan untuk perumahan, pemukiman, dan kegiatan masyarakat sehari-hari. Padahal pertumbuhan penduduk kian waktu, kian meningkat. Selain pertumbuhan penduduk, masalah lain adalah berkembangnya berbagai pabrik-pabrik, memakan lahan yang tidak sedikit. Hal ini menyebabkan menurunnya jatah lahan untuk perumahan dan pemukiman.





B. Rumusan Masalah
Apakah ketersediaan perumahan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang relatif meningkat setiap tahunnya?
C. Tujuan
Mengetahui perbandingan jumlah pertumbuhan penduduk terhadap ketersediaan perumahan.
Mengetahui rumus proyeksi terhadap kedua variabel tersebut menggunakan analisis regresi

D. Batasan Variabel
1.1. Dalam hal ini kami hanya:
2. Kami menggunakan data kependudukan tahun 2003-2007.
3. Kami menggunakan data jumlah rumah tahun 2003-2007.
Kami hanya melakukan proyeksi dan analisis jumlah penduduk dan jumlah rumah yang ada di Kabupaten Karanganyar secara menyeluruh. Tanpa membagi-bagi tiap kecamatan. Kami juga mengabaikan hal-hal lain yang dapat mempengarui kedua variable tersebut seperti migrasi, daya tarik, jumlah Pabrik, dll.
E. Metode Analisis
1. Metode Eksponensial
Metode eksponensial kami gunakan untuk memproyeksikan data penduduk beberapa tahun kedepan. Agar kita mengetahui data jumlah penduduk di masa yang akan datang dengan melihat data data yang ada yaitu data tahun 2003-2007.
Rumus metode eksponensial:

Ket:
Pn : tahun proyeksi
P0 : tahun awal
r : angka pertumbuhan penduduk
n : selisih tahun awal dan tahun proyeksi

Dalam metode proyeksi eksponensial, didapatkan proyeksi penduduk yang bisa dilihat dalam jangka per tahun, maupun per lima tahunan atau pun per kurun waktu tertentu.

2. Analisis Regresi
3.1. Pengertian Regresi
Untuk mengukur besarnya pengeruh variabel bebas terhadap variabel tergantung dan memprediksi variabel tergantung dengan menggunakan variabel bebas. Gujarati (2006) mendefinisikan analaisis regresi sebagai kajian terhadap satu variabel yang disebut dengan variabel yang diterangkan (the explained Variable) dengan satu atau dua variabel yang menerangkan (the explanatory). Jika variabel bebas lebih dari satu maka analisis regresinya disebut analisis regresi berganda. Disebut beganda karena pengeruh beberapa variabel bebas akan dikenakan pada variabel tergantung.
3.2. Tujuan
• Tujuan dari analisis regresi adalah membuat estimasi rata-rata dan nilai variabel tergantung dengan didasarkan dengan nilai variabel bebas.
• Menguji hipotesis karakteristik depensi
• Untuk meramalkan nilai rata-rata variabel bebas dengan didasarkan pada nilai variabel bebas diluar jangkauan sampel.
3.3. Asumsi
Penggunaan regresi linear sederhana didasarkan pada asumsi diantaranya sebagai berikut:
a. Model regresi harus linear dalam parameter
b. Variabel bebas tidak berkorelasi dengan disturbance term (Error)
c. Nilai disturbance term sebesar 0atau denga symbol sebagai berikut: (E(U/X))=0varian untuk masing-masing error term (kesalahan) konstan.
d. Tidak terjadi otokorelasi
e. Model regresi dispesifikasi secara benar. Tidak terdapat bias spesifikasi dalam model yang digunakan dalam analisis empiris.
f. Jika variabel bebas lebih dari satu maka antara variabel bebas (expalanatory) tidak ada hubungan linear yang nyata.
3.4. Persyaratan Penggunaan Model Regresi
Model kelayakan regresi linear didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
a. Model regresi dikatakan layak juka angka signifikansi pada ANOVA sebesar < 0.05 b. Predictor yang digunakan sebagai variabel bebas harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka standard of estimate < standard deviation. c. Koefisien regresi harus signifikan. Penguji dilakukan dengan uji T.koefisien regresi signifkan jika T hitung > T tabel (nilai kritis)
d. Tidak boleh terjadi multi kolieneritas, artinya tidak bolleh terjadi korelasi yang amat tinggi atau sangat rendah antar variabel bebas . syarat ini hanya berlaku untuk regresi linear berganda dengan variabel bebas lebih dari satu.
e. Tidak terjadi otokorelasi. Terjdi otokorelasi jika Durbin dan Watson (DB) sebesar <1 dan >3
f. Keselarasan model regresi dapat diterangkan dengan menggunakan nilai r2 semakin besar nilai tersebut maka model semakin baik. Jika nilai mendekati 1 maka model regresi semakin baik. Nilai r2 mempunyai karakteristik diantaranya:
1) Selalu positif
2) Nilai r2 maksimal sebesar 1. Jika nilai r2 sama dengan 1 akan mempunyai kesesuaian yang sempurna. Maksudnya seluruh variasi dalam variabel Y dapatn diterangkan dalam model regresi. Sebaiknya jika r2 sama dengan 0 maka tidak ada lagi hubungan antara X dan Y.
g. Terdapat hubungan linear antar variabel bebas (X) dan variabel tergantung (Y).
h. Data harus berdistribusi normal.
i. Data berskala interval atau rasio.
j. Kedua variabel bersifat dependen. Artinya satu variabel merupakan variabel bebas (disebut juga sebagai variabel predictor) sedang variabel lainnya tergantung ( disebut juga sebagai variabel response)
ALAT ANALISIS UNTUK EKONOMI WILAYAH

A. KETIMPANGAN WILAYAH

1. WEIGTHED COEFFICIENT VARIATION (CV)
merupakan indeks variasi pendapatan
antar daerah dalam suatu wilayah (Williamson, 1965).
Indeks CV ini didapat dari rumus statistik;


Keterangan:
CV = Koefisien Variasi Williamson.
P = Jumlah penduduk secara nasional.
Pi = Penduduk pada daerah ke-i .
Yi = Pendapatan per-kapita daerah ke-i.
Y cap= pendapatan per-kapita nasional. Y
n = Banyaknya daerah.

Indeks CV berkisar antara 0 1 mengindikasikan ada kegiatan ekspor di sektor tersebut atau sektor basis (B),
sedangkan LQi < 1 disebut sektor nonbasis (NB).


Kunggulan Metode LQ
Ada beberapa keunggulan dari metode LQ, antara lain
1. Metode LQ memperhitungkan ekspor langsung dan ekspor tidak langsung
2. Metode LQ sederhana dan tidak mahal serta dapat diterapkan pada data historis
untuk mengetahui trend.
Kelemahan Metode LQ
Beberapa kelemahan Metode LQ adalah
1. Berasumsi bahwa pola permintaan di setiap daerah identik dengan pola
permintaan bangsa dan bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap sektor
regional sama dengan produktivitas tiap pekerja dalam industri-industri
nasional.
2. Berasumsi bahwa tingkat ekspor tergantung pada tingkat disagregasi.



2. COR (CAPITAL-OUTPUT RATIO)
Konsep capital-output ratio (COR) atau sering juga disebut koefisien
modal menunjukkan hubungan antara besarnya investasi (modal) dan nilai
output. Konsep COR tersebut dikenal melalui teori yang dikemukakan oleh
Harrod-Domar.
Konsep COR ada 2 macam, yaitu average capital-output ratio (ACOR)
dan incremental capital-output ratio (ICOR). ACOR menunjukkan hubungan
antara stok modal yang ada dan aliran output lancar yang dihasilkan. ICOR
menunjukkan perbandingan antara kenaikan tertentu pada stok modal (delta K)
dan kenaikan output atau pendapatan (delta Y). ICOR dapat digambarkan sebagai
delta K/delta Y, atau dirumuskan sebagai berikut


ICOR = dK/dY
Dengan kata lain, ACOR menunjukkan hubungan antara segala sesuatu
yang telah diinvestasikan pada masa lalu dan keseluruhan pendapatan. Sebaliknya,
ICOR menunjukkan segala sesuatu yang saat ini ditambahkan pada modal atau
pendapatan. ACOR merupakan konsep statis, sementara ICOR merupakan konsep
dinamis. Istilah COR yang sering digunakan dalam ilmu ekonomi biasanya
berkaitan dengan ICOR. Nilai rasio tersebut biasanya bergerak antara 3 dan 4 dan
menunjuk pada suatu periode.

3. SHIFT-SHARE
Analisis shift–share digunakan untuk menganalisis dan mengetahui pergeseran
dan peranan perekonomian di daerah. Metode itu dipakai untuk mengamati struktur
perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan pertumbuhan sektor di
daerah, yang dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih
tinggi atau nasional.

Analisis tersebut dapat digunakan untuk mengkaji pergeseran struktur
perekonomian daerah dalam kaitannya dengan peningkatan perekonomian daerah
yang bertingkat lebih tinggi. Perekonomian daerah yang didominasi oleh sektor yang
lamban pertumbuhannya akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan perekonomian
daerah di atasnya.

Data yang biasa digunakan untuk analisis shift-share adalah pendapatan per
kapita (Y/P), PDRB (Y) atau Tenaga kerja (e) dengan tahun pengamatan pada
rentang waktu tertentu, misalnya 1997–2002.

Pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktural suatu perekonomian daerah
ditentukan oleh tiga komponen:
1. Provincial share (Sp), yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan atau
pergeseran struktur perekonomian suatu daerah (kabupaten/kota) dengan melihat
nilai PDRB daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh
pergeseran pertumbuhan perekonomian daerah yang lebih tinggi (provinsi). Hasil
perhitungan tersebut akan menggambarkan peranan wilayah provinsi yang
mempengaruhi pertumbuhan perekonomian daerah kabupaten. Jika pertumbuhan
kabupaten sama dengan pertumbuhan provinsi maka peranannya terhadap
provinsi tetap.
2. Proportional (Industry-Mix) Shift adalah pertumbuhan Nilai Tambah Bruto suatu
sektor i dibandingkan total sektor di tingkat provinsi.
3. Differential Shift (Sd), adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi daerah
(kabupaten) dan nilai tambah bruto sektor yang sama di tingkat provinsi. Suatu
daerah dapat saja memiliki keunggulan dibandingkan daerah lainnya karena
lingkungan dapat mendorong sektor tertentu untuk tumbuh lebih cepat.
Menurut Glasson (1977), kedua komponen shift—yaitu Sp dan Sd— memisahkan
unsur-unsur pertumbuhan regional yang bersifat eksternal dan internal:

Sp
merupakan akibat pengaruh unsur-unsur eksternal yang bekerja secara nasional
(provinsi), sedangkan Sd adalah akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja di
dalam daerah yang bersangkutan (Paul Sitohang, 1977).
Apabila nilai Sd dan Sp positif maka sektor yang bersangkutan dalam
perekonomian daerah menempati posisi yang baik untuk daerah yang bersangkutan.
Sebaliknya, bila nilainya negatif maka perekonomian daerah sektor tersebut masih
dapat diperbaiki, antara lain dengan membandingkannya terhadap struktur
perekonomian provinsi (Harry W. Richardson, 1978: 202)

Sektor-sektor yang memiliki differential shift (Sd) positif memiliki keunggulan
komparatif terhadap sektor yang sama di daerah lain. Selain itu, sektor-sektor yang
memiliki Sd positif berarti bahwa sektor tersebut terkonsentrasi di daerah dan
mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan daerah lainnya.
Apabila Sd negatif maka tingkat pertumbuhan sektor tersebut relatif lamban.


C. ANALISIS KETERKAITAN EKONOMI

Konsep keterpaduan program pembangunan ekonomi menjadi semakin penting dalam era Pembangunan Jangka Panjang. Secara ideal, output dari suatu program pembangunan bisa menjadi input bagi program pembangunan lainnya. Program pembangunan yang bersifat “ego-sektor” semakin tidak populer karena diyakini akan merugikan kepentingan pembangunan secara keseluruhan.
Dalam perekonomian yang lebih luas, hubungan antar kegiatan ekonomi juga menunjukkan keterkaitan yang semakin kuat dan dinamis. Jenis-jenis kegiatan baru bermunculan untuk mengisi kekosongan mata rantai kegiatan yang semakin panjang dan kait mengait. Kemajuan di suatu sektor tidak mungkin dapat dicapai tanpa dukungan sektor-sektor lain. Begitu juga sebaliknya, hilangnya kegiatan suatu sektor akan berdampak terhadap kegiatan sektor lain. Berbagai hubungan antar-kegiatan ekonomi (inter-industry relationship) selanjutnya dapat direkam dalam suatu instrumen yang dikenal dengan model input-output (I-O).



D. ANALISIS KETENAGAKERJAAN
Berdasarkan publikasi ILO (International Labour Organization), penduduk
dapat dikelompokkan menjadi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja
dikatakan juga sebagai penduduk usia kerja, yaitu penduduk usia 15 tahun atau lebih,
seiring dengan program wajib belajar 9 tahun. Selanjutnya, tenaga kerja dibedakan
menjadi: angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (penduduk yang sebagian besar
kegiatannya adalah bersekolah, mengurus rumah tangga, atau kegiatan lainnya selain
bekerja).

Angkatan kerja adalah mereka yang selama seminggu yang lalu (dari masa
pencacahan) mempunyai pekerjaan baik yang bekerja
maupun yang sementara tidak bekerja (karena sakit, cuti,
dan sebagainya) serta mereka yang tidak mempunyai
pekerjaan tetapi sedang berusaha mencari pekerjaan.

1. Tingkat Kepadatan

2. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)

3. Angka Beban Ketergantungan (Dependency Ratio)

4. Angka Harapan Hidup Adalah perkiraan rata-rata lamanya hidup dari lahir yang
mungkin akan dicapai oleh sekelompok orang.

5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

6. Tingkat Kesempatan Kerja ( TKK)

7. Tingkat Pengangguran Terbuka ( TPT)

menejemen perkotaan

DEFINISI menejemen perkotaan

Suatu kegiatan yang terus menerus untuk mengarahkan, mengontrol, dan memanfaatkan sumber daya secara teratur untuk merencanakan, memprogram, membangun, mengoperasikan, memelihara dan melindungi/mengendalikan sarana dan prasarana kota serta lingkungannya demi mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan.

devisi lain Merupakan pendekatan kontemporer untuk menganalisis permasalahan perkotaan Adalah kebijakan, rencana, program dan praktek untuk mengusahakan keseimbangan antara pertumbuhan penduduk dengan akses terhadap infrastruktur dasar, perumahan dan lapangan kkerja.

pengertian perencanaan

Suatu kegiatan khusus yang memerlukan keahlian tertentu, sifatnya cukup rumit, banyak menguras tenaga dan pikiran, serta membutuhkan waktu yang lama dalam penyusunannya.
Suatu pekerjaan sehari-hari, tidak rumit, bahkan bisa saja orang tersebut tidak menyadari bahwa dia telah melakukan perencanaan

PERENCANAAN
 
Pengertian perencanaan bisa sangat luas ragamnya tergantung pada sudut pandang kepentingan dan masalah yang bersangkutan.
 
Perencanaan merupakan suatu aktifitas universal manusia, suatu keahlian dasar dalam kehidupan yang berkaitan dengan pertimbangan suatu hasil sebelum diadakan pemilihan di antara berbagai alternatif yang ada.

Prinsip arti dan maknanya terdefinisi sebagai suatu kegiatan merumuskan keinginan dan cita-cita yang lebih baik atau lebih berkembang di masa yang akan datang.
 
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

Unsur-unsur perencanaan :
·   Unsur keinginan dan cita-cita
·   Unsur tujuan dan motivasi
·   Unsur sumber daya
·   Unsur upaya daya guna dan hasil guna
·   Unsur ruang dan waktu

mejemen perkotaan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
      Kota Solo dalam sejarah merupakan salah satu pusat kebudayaan Jawa dan secara empiris Kota Solo adalah kota yang masih memiliki akar dan nilai-nilai tradisi yang kuat dalam pertumbuhan sebagai kota modern. Kota Solo mungkin untuk menjadi kota yang berkarakter dan memiliki identitas sebagai kota budaya jika kebijakan-kebijakan pemerintah kota sadar atas pertimbangan budaya. Pemerintah kota harus menyadari untuk tidak mengambil kebijakan yang hanya berpihak pada kepentingan ekonomi dan invenstasi yang sering merugikan aspek kebudayaan dan kepentingan publik. Kota Solo yang terus berubah dalam pembangunan fisik sering menimbulkan kekhawatiran jika tidak diimbangi dengan pembangunan nilai atau mentalitas kebudayaan. Solo termasuk kota yang mengalami perubahan cepat sebagai kota modern dengan adanya bangunan dan fasilitas-fasilitas modern. Beberapa mall, hotel, sekolah internasional, pusat hiburan, dan lain-lain telah berdiri di Kota Solo yang ikut memberi pengaruh dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Kota Solo. Rencana pendirian beberapa apartemen di Kota Solo juga akan memberi pegaruh besar secara positif dan negatif. Pemerintah kota diharapkan menyadari efek dan cara mengimbangi pemebangunan kota secara fisik. Pembangunan mentalitas kota Solo untuk menjadi kota budaya tentu membutuhkan partsipasi aktif dari berbagai pihak dan tidak saja tergantung pada pemerintah kota. Perhatian pemerintah kota dan partisipasi masyarakat Kota Solo adalah kunci dari keinginan menjadikan Solo sebagai kota budaya. Sehubungan dengan tugas manajemen perkotaan, kami mengangkat masalah pembangunan kota yang semakin berkembang dan berdampak pada nilai kebudayaan. Tujuan dari manajemen perkotaan adalah ……………

1.2 Permasalahan dan Persoalan
-Bagaimana perkembangan Kota Solo di masa depan dengan tidak meninggalkan image nya sebagai kota budaya?
-Apakah pembangunan Kota Solo di masa depan berdampak negatif terhadap kebudayaan yang ada?
-Sejauh mana peran pemerintah dalam menyikapi masalah ini?
1.3 Tujuan dan Sasaran
1. Mengetahui perkembangan apa saja yang terjadi di Kota Solo yang image nya  sebagai kota budaya.
2. Mengamati, menganalisa dan menyimpulkan tentang perkembangan Kota Solo menuju kota metropolis.
3. Menambah wawasan dan pengalaman dunia kerja serta hubungannya   dengan ilmu yang dipelajari di bangku kuliah.
1.4 Lingkup dan Batasan Pembahasan
Ruang lingkup Manajemen Perkotaan ini, meliputi :
......................
1.5 Metode Pembahasan
1. Pengumpulan data melalui beberapa cara  yaitu :
§  Studi litelatur
Yaitu pengumpulan data yang didapat dengan cara mencari buku-buku yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan, maupun sumber yang lain (internet).
2. Pembahasan
-  Menganalisis teori-teori manajemen perkotaan dengan perkembangan pembangunan di Kota Solo yang selanjutnya akan dibuat kesimpulan dan saran.
1.4 Sistematika Pembahasan
BAB I       Pendahuluan
Merupakan tahap awal yang mengungkapkan tentang :
-     Latar Belakang
-     Permasalahan dan Persoalan
-     Tujuan dan Sasaran
-     Lingkup dan Batasan pembahasan
-     Metode Pembahasan
-     Sistematika Pembahasan
BAB II      Landasan Teori
         Merupakan tahap pembahasan tentang :
-     Teori manajemen perkotaan
-     Teori perkembangan kota
BAB III     Manajemen Air Bersih di Kota Surakarta?????????????????
Merupakan tahap pembahasan tentang :
-     Kondisi existing PDAM Kota Surakarta
o   umum
o   existing lapangan
-     Aspek terkait dalam manajemen air bersih Kota Surakarta
o   Perencanaan
o   Pengorganisasian
o   Pengarahan dan pengkoordinasian
o   Pengawasan
o   Pembiayaan
BAB IV    Kesimpulan dan Saran
Berisi tentang kesimpulan yang didapatkan dari proses analisa yang dilakukan pada tahap III,dan memberikan rekomendasi atau saran bagi pengelolaan Air Bersih Kota Surakarta di masa mendatang.







BAB II
LANDASAN TEORI

II.1 Manajemen Perkotaan
I. Pengertian Manajemen

            Manajemen merupakan suatu upaya untuk mengorganisasi dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi, seperti tanah, tenaga kerja, dan modal untk digunakan semaksimal dan seefisien mungkin.
Ø  menurut Mavy Parker Follet :
            manajemen merupakan seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang-orang, dalam hal ini perlu mandapat catatan bahwa dalam kenyataan manager mencapai tujuan organisasi dengan cara mengatur orang lain untuk menjalankan tugas-tugas yang diperlukan, bukan dengan menjalankan sendiri tugas-tugas itu.
            Fungsi dari manajemen itu sendiri sebagai suatu usaha merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinir serta mengawasi kegiatan dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efektif ( melakukan pekerjaan yang benar ) serta efisien ( melakukan pekerjaan dengan benar ).
            Persyaratan agar manajemen berhasil memiliki syarat-syarat sebagai berikut :
1.      Hendaknya diperoleh data, dirumuskan soal serta kenyataan yang sebenarnya.
2.      Bila perlu dilakukan penyesuaian – penyesuaian terhadap personalia atau kepribadian individu.
3.      Hendaknya situasi keseluruhan dipertimbangkan.
Aspek-aspek yang terkait dalam manajemen :
1.      Perencanaan, adalah penentuan segala sesuatu sebelum dilakukan kegiatan-kegiatan. Perencanaan harus bersifat :
-          mendukung dalam pencapaian tujuan organisasi
-          merupakan dasar tolak  fungsi manajemen yang lain
-          merupakan fungsi dari setiap orang yang berada dalam organisasi
-          efisien yang berarti bila dilaksanakan rencana tersebut dapat
   mencapai tujuan.
Kaidah perencanaan pada hakekatnya adalah forecast, karena dengan forecast digariskan peristiwa yang diharapkan terjadi pada waktu yang akan datang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa forecast merupakan prasyarat sekaligus hasil perencanaan.
2.      Pengorganisasian
Merupakan proses menciptakan hubungan antara fungsi-fungsi personalia dan faktor fisik agar kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan, disatukan dan diarahkan pada pencapaian tujuan bersama.
Macam struktur organisasi :
Ø  Fungsional
Ø  Organisasi berdasar fungsi merupakan organisasi dimana   kegiatan yang saling berhubungan di9hubungkan dalam satu departemen.
Ø  Divisi
Ø  Dalam struktur organisasi divisi merupakan segala kegiatan/ produksi / pemasaran yang dijadikan satu.
Ø  Matriks
Ø  Dalam struktur organisasi ini merupakan gabungan dari srtuktur organisasi fungsional dan divisi, jadi ada divisi, fungsi dan proyek. untuk setiap proyek ada kelompok sendiri yang menangani.
3.      Pangarahan
Pengarahan merupakan usaha yang berhubungan dengan segala sesuatu agar semuanya dapat dilakukan. apa yang direncanakan dan diorganisasikan mungkin tidak berjalan kecuali jika bawahan diberitahu tentang apa yang harus dilaksanakan.
                        Aspek-aspek dalam pengarahan yaitu,

*            Perintah
   Merupakan sarana yang digunakan oleh pimpinan dalam pengarahan bawahannya.
*            Motivasi
   Merupakan hal yang menyebabkan, menyatukan, mempertahankan orang berperilaku tertentu
*            Kepemimpinan
   Merupakan proses mengarahkan serta mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas anggota.

4.      Pengkoordinasikan
Merupakan usaha mensinkronkan dan menyatukan segala kegiatan dalam organisasi agar tercapai tujuan oragnisasi.
Macam atau jenis koordinasi :
v    Kordinasi berdasar rencana
yaitu koordinasi dengan merencanakan suatu rencana-rencana
v    Koordinasi berdasar umpan balik
yaitu dilaksanakan berdasar informasi dari bawahan, dianalisis, diputuskan, diberitahukan  pada bawahan dan seterusnya.
v    Koordinasi horizontal
yaitu koordinasi antara karyawan yang setingkat yang berbeda fungsinya.
v    Koordinasi vertikal
yaitu koordinasi antara atasan dan bawahan.

5.      Pengawasan
Pada hakekatnya pengawasan merupakan usaha memberikan mandat pada para pelaksana agara mereka selalu bertindak sesuai dengan rencana.




II. Urban Manajemen

            Urban manajemen atau manajemen perkotaan dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk melakukan suatu proses  manajemen, yaitu mengorganisasikan dan mengkoordinasikan kondisi atau sistem kota yang ada saat ini yaitu faktor-faktor produksi di dalam kota baik yang berupa tanah, tenaga kerja, modal maupun kewiraswastaan, supaya dapat dicapai hasil yang maksimal dan efisien untuk menuju ke arah sistem kota yang dikehendaki bedasarkan pada tujuan idela dan dinamis.
            Manajemen perkotaan menurut Richard E. Stren, mencakup :
*      Proyek pembangunan perkotaan dalam konteks wilayah kota dan pertimbangan kelembagaan.
*      Memusatkan perhatian pada sumber daya keuangan local untuk memperkuat desentralisasi.
*      Memusatkan perhatian pada berbagai alternatif untuk mengorganisir dan membiayai pelayanan kota seperti : air bersih, transprtasi, listrik , sampah, kesehatan, dan lain-lain.
*      Perhatian untuk mencari dan mempromosikan partisipasi masyarakat dalam pelayanan infrastruktur kota.

Latar Belakang Manajemen Perkotaan :
*      Tuntutan pemenuhan perumahan yang tidak sesuai dengan ketersediaan lahan.
*      Pemenuhan atau penyediaan prasarana dan sarana perkotaan .
*      Penurunan kualitas lingkungan, polusi, kemacetan lalulintas.
*      Keinginan menjadikan kota sebagai lokasi yang efisien dan efektif untuk kegiatan yang produtif dengan adanya sarana dan prasarana kota.
*      Adanya reorientasi  pembangunan ke arah pelaksanaan otonomi daerah ( desentralisasi )
*      Tanah, ruang dan pelayanan publik selalu timpang pada kelompok menengah atas.

Maksud dan tujuan manajemen perkotaan:
*      Berupaya mengoptimalkan dan mengefisienkan serta secara aktif menggali peluang untuk memperbesar manfaat dari input maupun output bagi penghuni kota sendiri maupun bagi wilayah sekitarnya yang memiliki keterkaitan dengan kota tersebut.
*      Berperan mengoptimalkan kegiatan dan tingkat pelayanan yang ada sesuai fungsinya baik fungsi internal maupun eksternal sehingga secrara keseluruhan akan memantapkan fungsi kota.

Kendala pelaksanaan manajemen perkotaan :
*      Pejabat / pengelola kota tidak berorientasi swasta ( bernental priyayi ).
*      Pengalaman pengelolaan kota dalam melibatkan swasta masih kurang.

Manajemen perkotaan di Indonesia masih merupakan hal yang baru dan belum terlihat jelas dimana posisi manajemen perkotaan dalam tatanan birokrasi pemerintahan kota. Di Kota Solo  pada khususnya memiliki sistem pengelolaan sendiri dalam  hal pengelolaan air bersih, sampah, drainase, listrik, transportasi, dan lain-lain.
II.1 Perkembangan Pembangunan di Kota Solo
Solo’s Past is Solo’s Future (Solo masa lalu adalah Solo masa depan),itulah kalimat yang diusung Jokowi sebagai salah satu visinya terhadap kota Solo. Konsep masa lalu yang mengarah pada”budaya”ini, agaknya seringkali diasosiasikan dengan ikon fisik, seperti bangunan tua ataupun beberapa situs kuno,memang tidak salah, namun yang tidak kalah pentingnya adalah nilai ”budaya”nya sendiri, yang mulai luntur pada diri setiap masyarakat Solo.
Bukannya memperbaiki jiwa budaya masyarakat Solo yang mulai hilang, kini Pemkot malah sibuk membangun proyek-proyek yang mungkin bisa menghilangkan sama sekali jiwa budaya rakyat Solo. Seperti rencana pembangunan apartemen yang harus mengorbankan situs bersejarah benteng Vastenburg, juga rencana pembangunan Solo Techno Park di daerah Mojosongo,yang jelas-jelas lebih memperkeruh keadaan.
Hal ini menunjukkan bahwa Pemkot memang tidak terlalu lagi mempedulikan image Solo sebagai kota budaya, hal ini diperkuat dengan tindakan Pemkot Solo dalam penanganan masalah pencurian lima arca kuno koleksi Museum Radya Pustaka yang belum tuntas sampai sekarang, juga sengketa kepemilikan Sriwedari.
Selain berdampak pada budaya, sebenarnya proyek-proyek Pemkot di atas juga berdampak pada sisi tatanan kota, kita lihat saja, dengan lebih banyaknya dibangun gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, dan apartemen, tatanan kota Solo menjadi tidak seimbang, baik dari segi kerapian kota ataupun pemberdayaan lahan hijau yang semakin dipangkas jumlahnya, dan dampak yang paling nyata yang telah kita rasakan baru-baru ini adalah banjir yang melanda hampir seluruh wilayah Solo.Tak bisa dibayangkan jika lahan hijau semakin dipersempit lagi untuk pembangunan proyek-proyek yang lain.
Di sisi lain dengan dibangunnya banyak mal dan pusat perbelanjaan, akan memperjelas jenjang antara si kaya dan si miskin, ini akan berbeda jika mereka berbelanja di pasar tradisional, batas itu akan sedikit tersamarkan atau malah hilang sama sekali,karena setiap orang bisa membaur jadi satu dan tentunya semua orang mampu berbelanja di pasar tradisional.
Solo menuju metropolis
Kota Solo dalam beberapa tahun ke depan sangat mungkin akan berubah wajah. Lebih gemerlap, lebih metropolis. Kota yang telanjur dikenal sebagai kota budaya ini akan dikepung bangunan apartemen dengan tinggi menjulang, hampir menyentuh ketinggian 100 meter.

            Secara agak mengejutkan, tiga apartemen akan berdiri di Kota Solo, seolah membentuk segitiga raksasa dari Solo Center Point di kawasan Purwosari, Kusuma Mulia Tower di Ngapeman hingga Solo Paragon di bekas RSUD dr Moewardi di Mangkubumen. Masing-masing dilengkapi dengan fasilitas mall, hotel, city walk, ball room, dan lain-lain. Solo Paragon bahkan direncanakan akan dilengkapi dengan empat tower di keempat pojoknya, membentuk kawasan blok yang mandiri.
Selain tiga pembangunan gedung highrise itu, juga sedang dibangun Hotel Ibis di belakang Novotel, dua buah hotel lagi konon sedang disiapkan di kawasan sekitar benteng Vastenburg dan di pusat KotaSolo. Pembangunan ini kadang menimbulkan masalah.
sehingga pada era demokrasi dewasa ini, maka pembangunan harus merupakan keputusan publik atas dasar konsensus bersama Dalam mekanisme keputusan publik, tentunya kepentingan masyarakatlah yang harus diutamakan, mengingat masyarakat merupakan unsur stakeholders pembangunan dengan konstituen terbesar. Untuk itu, hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah [1] :
a.        Mengacu pada UU No.22/1999 tentang Pemerintahan Daerah maka penyelenggaraan pembangunan daerah harus mengikutsertakan masyarakat dan swasta. Karena itu, setiap jenis rencana pembangunan kota dan wilayah tidak cukup hanya disosialisasikan kepada masyarakat, tetapi lebih jauh harus dikomunikasikan dan dikonsultasikan kepada masyarakat.
b.        Pengembangan wilayah dan kota (kawasan perkotaan) seyogyanya mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi rencana pembangunan yang berasal dari masyarakat (community-driven planning) melalui mekanisme forum kota atau rembug desa sebagai media untuk menggali ide-ide dan menjaring aspirasi pembangunan yang orisinal dari masyarakat.
c.         Dengan dikonsultasikannya rencana pengembangan wilayah dan kota tersebut kepada masyarakat, maka jaminan keberlanjutan dari suatu proses pembangunan akan lebih mudah tercapai, mengingat keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan sejak dini akan melahirkan bentuk-bentuk peran masyarakat yang cukup tinggi sehingga mampu memecahkan persoalannya sendiri.
Dalam upaya pemberdayaan masyarakat agar dapat mengatasi persoalan-persoalan pembangunan di daerahnya, maka Pemerintah Pusat (dalam hal ini Depkimpraswil) tidak lagi berperan sebagai inisiator ataupun aktor utama pembangunan, melainkan lebih berperan sebagai fasilitator dan enabler masyarakat. Sedangkan Pemerintah Daerah pun harus mampu mereposisikan peran yang selama ini ditanganinya untuk dapat didesentralisasikan kepada kelompok-kelompok masyarakat yang tumbuh secara demokratis dengan orientasi pada penguatan peran masyarakat.

SOLO SEBAGAI KOTA YANG MEMBERIKAN SPIRIT BAGI KEBUDAYAAN
Sebuah kegiatan Internasional yang diprakarsai oleh The Organization Of World Heritage Cities Of Euro-Asia Section (OWHC)/ Kawasan Euro-Asia dari Organisasi Kota-Kota warisan Dunia yang merupakan organisasi dibawah United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) yang bergerak dalam bidang pelestarian terintegrasi warisan budaya benda (tangible) dan tak benda (intangible) pada kota-kota bersejarah, utamanya kota-kota yang tercantum dalam daftar warisan dunia UNESCO atau Kota-Kota yang memiliki warisan budaya tak benda yang diakui oleh UNESCO. OWHC sendiri dirikan sejak tanggal 8 September 1993 di Fez Maroko dan OWHC kawasan Euro- Asia sendiri baru didirikan tahun 2003.
Tahun 2008 ini Kota Solo yang ditunjuk selaku tuan rumah penyelenggaraan WHCCE ke III. Bagi Kota Solo sebagai tuan rumah pelaksana kegiatan ini selain hendak mewujudkan visi OWHC, sekaligus sebagai bagian dari upaya mendukung program Indonesia Visit Year yang dicanangkan pemerintah pada tahun 2008 ini. Adapun Kota Solo berusaha mewujudukannya melalui program Let’s Go to Solo, sebuah program peningkatan kunjungan wisata yang mengundang wisatawan untuk mengunjungi Solo selama tahun 2008, termasuk didalamnya menjadi tuan rumah WHCCE ini. Pemerintah Kota Solo berharap event akbar ini akan memberikan keuntungan nyata dibidang pariwisata, perdagangan, inverstasi, dan aktivitas komersial/non komersial publik lainnya seperti pertunjukan seni,pameran, event-event budaya, dan lain-lain.
Berhasil menjadi tuan rumah penyelenggara WHCCE ditahun 2008 ini merupakan sebuah prestasi yang luar biasa berharga bagi Kota Solo. Mengingat, meskipun baru tergabung sejak tahun 2007, Kota yang dipimpin oleh Ir. Joko Widodo selaku Walikota ini berhasil mengalahkan empat Kota pesaing yang mengajukan diri menjadi tuan rumah penyelenggaraan WHCCE tahun 2008. Keberanian Walikota pada saat konferensi sebelumnya di Kazan (Rusia) untuk mempromosikan Kota Solo menjadi tuan rumah dengan menjanjikan tawaran tinggi untuk siap menaggung seluruh biaya akomodasi bagi para tamu WHCCE berhasil memikat negara anggota lainnya untuk menerima tawaran Solo menjadi tuan rumah. Keberhasilan ini tentunya merupakan kesempatan emas bagi Kota Solo untuk menunjukkan kepada dunia kelayakan potensi pariwisata yang ditunjang warisan sejarah dan budaya Kota Solo yang tiada duanya juga membuktikan dedikasi Kota Solo sebagai tuan rumah yang baik bagi para tamu dari berbagai Kota diseluruh belahan dunia.
Tidak hanya bagi Kota Solo, kebanggaan ini sudah selayaknya dimiliki bangsa Indonesia, mengingat Kota Solo adalah Kota pertama dan satu-satunya Kota, wakil dari Indonesia yang menjadi anggota WHC yang kemudian mendapatkan kesempatan langsung untuk dapat menjadi penyelenggara konferensi Internasional yang akan dihadiri oleh 46 walikota dan jajaran pemerintahan dari berbagai negara yang tergabung dalam OWHC.
Meskipun memang, harga mahal harus ditanggung oleh Pemerintah Kota guna menyongsong penyelenggaraan WHCCE 2008. Dari hasil wawancara yang diperoleh penulis dari Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Kota Solo, biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah Kota Solo untuk penyelenggaraan kegiatan ini mencapai tiga milyar rupiah.Tidak hanya secara finansial saja namun juga kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM), akomodasi, perdagangan, transportasi, maupun sektor pariwisata, yang itu membutuhkan waktu, tenaga dan pikiran yang tidak sedikit yang memang telah dipersiapkan sejak dua tahun ini.
Tentunya masyarakat Kota ini khususnya dan juga bangsa ini berharap perjuangan panjang penyelenggaraan event akbar WHCCE 2008 ini mampu membawa manfaat yang besar dan penting khususnya bagi pengembangan Pariwisata dan Budaya Kota Solo tercinta maupun Negara Indonesia. Sehingga harga mahal perjuangan Kota Solo dari mulai usaha menjadi tuan rumah sampai pelaksanaan event ini dapat terbayarkan dengan pengaruh positif yang mungkin hanya dapat diperoleh dari penyelenggaraan kegiatan ini. Mengingat juga bahwa kesempatan menjadi yuan rumah di event akbar ini belum tentu diperoleh kembali oleh Kota Solo di tahun-tahun mendatang.
URGENSI PENYELENGGARAAN WHCCE 2008 DI KOTA SOLO BAGI PENGEMBANGAN BUDAYA DAN PARIWISATA.
Dalam bahasa yang lebih sederhana Urgensi dalam pokok permasalahan yang diangkat dalam karya tulis ini memiliki makna, pentingnya penyelenggaraan WHCCE di Kota Solo bagi pengembangan budaya dan Pariwisata khususnya di Kota Solo dan umumnya Negara Indonesia. Sejatinya apa yang melatarbelakangi, kenapa kemudian Solo bertekad untuk menjadi pihak penyelenggara dalam megaevent ini. Apakah dibalik harga mahal perjuangan Kota Solo menjadi tuan rumah terdapat hal luar biasa didalamnya maupun manfaat penting yang sekiranya bisa diperoleh jika dan hanya jika berani menjadi penyelenggara WHCC ke III di tahun 2008 ini.
Mendasarkan kepada tujuan pelaksanaan konferensi WHC yang bertumpu pada tujuan awal adanya organisasi OWHC antara lain :
1. Memberikan kontribusi implementasi yang berhubungan dengan Perlindungan pusaka budaya/ pusaka alam dan piagam internasional untuk perlingungan kota-kota bersejarah
2. Mendorong kerjasama dilevel regional dan internasional serta pertukaran informasi dan keahlian diantara kota-kota bersejarah diseluruh dunia dalam kolaborasi yang erat dengan organisasi lain untuk mencapai tujuan bersama, mendorong kerja keras kota-kota dinegara berkembang
3. Bekerjasama dengan organisasi-organisasi khusus, menjalin kerja yang lebih baik dalam penelitian oleh para spesialis/ahli dalam memenuhi kebutuhan managemen lokal
4. Meningkatkan warga kota untuk peduli pada nilai-nilai (heritage/pusaka) dan perlindungannya.
Sejatinya penyelenggaraan event ini memiliki fungsi-fungsi strategis yang menguntungkan bagi Kota Solo, antara lain :
  1. Nilai Sejarah (Historical value ) dan Budaya (Cultural Value) Kota Solo Akan Diakui Secara Resmi (de jure) Oleh Dunia internasional.
  2. Langkah Kota Solo Menuju Percaturan Internasional
  3. Wadah Untuk Berbenah dan Memperbaiki Fungsi Kota dalam Upaya Mengembangkan Budaya dan Pariwisata
  4. Sarana Promosi Budaya dan Pariwisata Kota Solo Kepada Dunia Internasional
Megaevent ini harapannya dapat menggugah kesadaran masyarakat Kota Solo terhadap budaya dan warisan sejarah yang mereka miliki yang selama ini cenderung terabaikan. Selain itu juga sejalan dengan visi OWHC yaitu menanamkan kesadaran kepada warga kota untuk mencintai pusaka warisan sejarah dengan membangun pola penjagaan sebagai upaya untuk melestarikan