Kamis, 07 Oktober 2010

1. Di dalam rangka menyusun rencana pengembangan wilayah suatu daeah maka perlu memperhatikan potensi sumberdaya alam dan lingkungan maupun potensi bencana yang ada di daerah tersebut, baik fisik/kimia, biologi, soioal ekonomi dan budaya.
Jelaskan beberapa kendala yang kemungkinan akan dihadapi, dampak yang akan terjadi (postif dan negative) dan upaya pengelolaan lingkungan yang harus dilakukan apabila akan membangun :
1. Komplek perumahan di daerah pantai.
2. Kawasan wisata di daerah lereng gunung Lawu
3. Rumah sakit bertaraf internasional berlantai 25 di tengah kota Solo
4. Kawasan permukiman di daerah Tawang mangu
5. Pembangunan jalan rela bawah tanah di Jakarta

JAWAB
1. Komplek Perumahan Di Daerah Pantai.
Wilayah pantai merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan lautan. Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat proses endogen dan exogen akan dapat terlihat pada wilayah tersebut, baik perubahan dari geomorfologi, proses-proses erosi dan sedimentasi, jenis tanah dan batuan sedimen yang terbentuk, kondisi hidrogeologi, berbagai proses bencana alam, dan perubahan ekosistem maupun lingkungan manusia.

2. Kawasan wisata di daerah lereng gunung Lawu

3. Rumah sakit bertaraf internasional berlantai 25 di tengah kota Solo

4. Kawasan permukiman di daerah Tawang mangu

Kawasan Tawangmangu terletak di Kabupaten Karanganyar. Kabupaten sendiri merupakan kawasan Hutan Lindung dan kawasan Resapan Air. Apabila di daerah Tawangmangu akan dibangun permukiman akan menimbulkan berbagai akiba / dampak yang akan terjadi. Berikut ini beberapa dampak yang akan terjadi jika dilakukan pembangunan permukiman diantaranya :
a.

5. Pembangunan Jalan Rel Bawah Tanah di Jakarta
Berkembangnya transportasi di dunia membuat indonesia tidak ingin ketinggalan.Karna tidak ingin tertinggal dengan negara lain indonesia berencana membuat kereta api bawah tanah (subway).Proyek subway yang menggunakan tenaga dorong listrik ini akan diajukan sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi masalah kemacetan lalu lintas yang kerap terjadi di Jakarta. Selain itu, untuk persimpangan jalan yang padat lalu lintasnya, akan dibangun terowongan (underpass) atau jembatan layang (fly over).

Kemacetan lalu lintas telah menjadi masalah klasik yang terjadi di Jakarta. Terus bertambahnya jumlah mobil dan motor tidak diimbangi dengan penambahan ruas jalan. Belum lagi permasalahan yang juga mendera sarana angkutan umum.oleh karena itu pemerintah Indonesia akan memberikan pelayanan lebih baik lagi yaitu khususnya bagi pengguna transportasi jalur darat, pemerintah akan membangun sebuah Kereta Api Bawah Tanah(subway).
Kereta api bawah tanah adalah kereta api yang berjalan di bawah permukaan tanah (subway). Kereta jenis ini dibangun dengan membangun terowongan-terowongan di bawah tanah sebagai jalur kereta api.

Pembangunan Kereta api bawah tanah ini diharapkan mampu membuat transportasi di indonesia khususnya di daerah propinsi DKI jakarta menjadi lebih maju dan membuat pengguna transportasi darat merasa lebih nyaman dan efisien dalam bertransportasi. Ini akan terbentang sejauh 14,5 km antara Lebak Bulus di Jakarta Selatan dan Dukuh Atas di Jakarta Pusat.

Pembangunan transportasi ini juga dapat menimbulkan beberapa resiko/kendala. Resiko yang dapat ditimbulkan antara lain :
1. pembangunan terowongan bawah tanah bahkan kerap menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan antara lain kerusakan akibat konstruksi yang tak bisa terbaharui (ireversible), pengaruh buruk pada sumber air tanah serta memberi efek geologis
2. Masih terjadinya banjir besar di Jakarta dapat mengakibatkan tidak berfungsinya subway.
3. Sering terjadinya gempa bumi di indnesia yang dapat mengakibatkan jalur subway rusak bahkan dapat menimbulkan korban jiwa .
4. Pembangunan kereta api bawah tanah (subway) ini membutuhkan dana yang besar oleh karena itu jika benar subway ini terealisasi, pemerintah harus sungguh – sungguh melaksanakan pembangunan subway ini.
5. Kerusakan akibat sabotase maupun kelalaian manusia.
6. Pembebasan tanah terkait jaringan yang ada, seperti telepon, listrik, air, dan gas. Selain itu, daya dukung tanah di Jakarta juga harus dipertimbangkan
Kondisi tanah Jakarta cenderung lembek serta telah terjadi penurunan permukanaan tanah yang cukup besar dan dengan kondisi geologi yang seperti itu dapat menimbulkan bencana banjir dan gempa. Berbagai upaya yang akan dilakukan pemerintah DKI Jakarta dalam menanggulangi bencana tersebut diantaranya :
1. melibatkan ahli penanggulangan bencana dalam pembuatan disain dasar konstruksi dan melakukan kajian mengenai pembuatan terowongan tahan gempa
2. konstruksi jalur akan diperkuat, dan dipastikan ketahanannya dapat bertahan dalam jangka panjang. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur pun akan diawasi secara ketat dari segi keamanan dan kenyamanan bagi calon penumpang dan juga lingkungan nantinya



2. Dalam beberapa bulan terakhir ini dapat diikuti adanya berita yang mengungkap bahwa terjadi kendala terhadaa beberapa rencana pembangunan di bawah ini :
1. Pabrik Semen Sukolilo, Pati, Jawa tengah
2. Tambang Emas Batugosok Kec.Komodo Kab. Manggarai Barat, NTT
3. Pembangunan Hotel dan Mall di kawasan Benten Vastnburg
Buatlah ulasan tentang ketiga rencana pembangunan ditinjau dari keadaan sumberdaya alam dan lingkungan.
Ulasan dapat berdasarkan kepada artikel ilmiah, berita di Koran/majalah serta searching di internet.

JAWAB
PABRIK SEMEN SUKOLILO, PATI, JAWA TENGAH
A. Profil Kabupaten Pati, Jawa Tengah
Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah. Kabupaten Pati terletak di daerah pantai utara Pulau Jawa dan di bagian timur Propinsi Jawa Tengah. Berbatasan dengan Kabupaten Jepara di sebelah utara, Kabupaten Kudus di sebelah barat, Kabupaten Grobogan di sebelah selatan dan Kabupaten Rembang di selebah timur. Secara administratif Kabupaten Pati mempunyai luas wilayah 150.368 hektar yang terdiri dari 58.749 hektar lahan sawah dan 91.619 hektar lahan bukan sawah. Kabupaten Pati terbagi dalam 21 kecamatan, 401 desa, 5 kelurahan. Ada 1.106 dukuh, 1.464 RW dan 7.463 RT.
Dari segi letaknya Kabupaten Pati merupakan daerah yang strategis di bidang ekonomi, sosial budaya dan memiliki potensi sumberdaya alam yang dapat dikembangkan dalam banyak aspek kehidupan masyarakat; seperti pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian, pertambangan dan pariwisata.
Potensi utama Kabupaten Pati adalah pada sektor pertanian. Potensi pertanian yang cukup besar meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.
Terkait dengan kondisi alam dan peninggalan sejarah, Kabupaten Pati juga menyimpan banyak situs dan juga tempat-tempat alami yang eksotis yang sangat potensial untuk pariwisata. Salah satu daerah yang potensial untuk pariwisata adalah wilayah di Kecamatan Kayen, Tambakromo dan Sukolilo. Di tiga kecamatan tersebut terdapat banyak goa (Goa Wareh, Goa Lowo, Goa Pancur) dan beberapa situs sejarah (Makan Saridin, Pertapaan Watu Payung, Peninggalan Kerajaan Malawapati)
Secara administratif, wilayah Kecamatan Sukolilo masuk di wilayah Kabupaten Pati, Secara kordinat terletak pada 0470000 m, 0500000 m dan 922 0000 m,n 9250000 UTM, Peta Bakosurtanal, Lembar Sukolilo, Skala 1 : 25.000.
B. Tentang Pegunungan Kendeng
Tidak banyak yang tahu bahwa pegunungan kapur (karst) yang membentang dari desa Taban (Kudus) sampai Tuban bernama Pegunungan Kendeng Utara. Di pegunungan yang dulu cukup lebat dengan pohon jati ini bermukim sebagian besar penduduk Kecamatan Sukolilo. Selain digunakan untuk tempat tinggal warga, pegunungan ini juga memberikan beberapa manfaat lain bagi warga yang hidup di sekitarnya. Pertama, sumber air yang telah mengairi 15.873,9 ha lahan pertanian di sekitarnya. Kedua, lahan di pegunungan ini juga menjadi lahan pekerjaan bagai ribuan peladang yang menanam berbagai palawija di sela-sela pepohonan jati milik Perhutani.
B.1 Rona Lingkungan Alam dan Budaya:
• Pegunungan Kendeng dengan kekayaannya berupa sumber air dan goa telah memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi masyarakat sekitar, khususnya bagi masyarakat di Kecamatan Sukolilo dan Kecamatan Kayen. Selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sumber air juga bermanfaat untuk mengairi lahan pertanian.
• Secara keseluruhan sumber daya alam di wilayah Pegunungan Kendeng telah memberikan kemanfaatan bagi 91 688 jiwa di kecamatan Sukolilo dan 73 051 jiwa di Kecamatan Kayen.
• Kecamatan Sukolilo yang meliputi 16 Desa dan Kecamatan Kayen meliputi 17 Desa yang sistem pengairannya melalui irigasi teknis dengan bersumber dari Waduk Kedungombo (Klambu kanan) dan sistem pompanisasi.
• Mata air di pegunungan Kendeng merupakan sumber pengairan 15.873,900 ha sawah di Kecamatan Sukolilo dan 9 603,232 ha di Kecamatan Kayen.
• Sawah yang berada di kaki gunung Kendeng utara menggunakan irigasi teknis sementara yang terletak di sebelah utara sepanjang sungai Juana II dan Juana I menggunakan sistem pompanisasi dengan bersumber dari sumber air yang berada pada Pegunungan Kendeng.
C. Kajian Kawasan Kars Di Sukolilo, Pati
Fenomena Kars Sukolilo (Kendeng Utara) tercermin melalui banyaknya bukit-bukit kapur kerucut, munculnya mata-mata air pada rekahan batuan, mengalirnya sungai-sungai bawah tanah dengan lorong gua sebagai koridornya. Sering ditemukan lahan yang sangat kering di permukaan saat musim kemarau pada bagian bagian bukit karena sungai-sungai yang mengalir di permukaan sangat jarang. Aliran air masuk kedalam rekahan batuan kapur atau batugamping (limestone) dan melarutkannya, sehingga di bagian bawah kawasan ini bayak ditemukan sumber-sumber mata air yang keluar melalui rekahan-rekahan batuan.
Kawasan Kars Kendeng Utara yang melingkupi Kabupaten Grobogan, kabupaten Pati hingga Kabupaten Blora belum ditetapkan mengenai klasifikasi wilayah kars tersebut. Berdasarkan peraturan ”KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1456 K/20/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL” dalam pengelolaan sebuah kawasan kars harus melakukan sebuah pengkajian dan survey terlebih dahulu. Apabila dalam penetapannya sebuah kawasan kars memiliki kriteria sebagai kawasan Kars Kelas 1 (Pasal 12) maka segala bentuk aktivitas penambangan tidak diperbolehkan di kawasan tersebut.
Berangkat dari isu sentral mengenai rencana pembangunan pabrik semen oleh PT. SEMEN GRESIK dan terbitan KEPMEN ESDM no 1456/K/20/MEM/2000, maka kegiatan survey dan pengkajian wilayah Kars Pati (Kendeng Utara) harus dilakukan sebagai tahapan paling penting dalam rencana pengelolaan kawasan kars. Tahapan pengkajian dan survey memiliki tujuan menghasilkan data-data potensi kawasan kars. Hasil kajian dan survey tersebut akan menjadi bahan acuan dalam pengklasifikasian kawasan Kars Pati (Kendeng Utara) dan pengambilan kebijakan oleh Pemerintahan Kabupaten Pati dalam pengelolaannya berhubungan dengan rencana pembangunan pabrik semen yang berpotensi menimbulkan ancaman kekeringan akibat kerusakan fungsi hidrologi di kawasan tersebut.
C.1 Proses Karstifikasi
Kars adalah sebutan umum yang digunakan untuk suatu kawasan dimana batuan penyusunnya adalah batu gamping yang telah mengalami proses pelarutan. Batu gamping bersifat karbonatan (mengandung CaC03) sehingga mudah terlarut oleh air hujan yang mengandung asam. Dikatakan kawasan kars apabila batugamping tersebut telah mengalami proses kartisifikasi. Kartisifikasi merupakan serangkaian proses mulai dari terangkatnya batu gamping ke permukaan bumi akibat proses endogen serta terjadi proses pelarutan di dalam ruang dan waktu geologi hingga akhirnya menghasilkan bentukan lahan kars.
Proses pelarutan oleh air hujan di permukaan menghasilkan bentang alam eksokars yang khas, yakni karren atau lapies, bukit kerucut (conical hill), menara kars (kars tower), lembah/topografi negatif di antara sekumpulan bukit kerucut (doline), telaga kars, sungai periodik yang berujung pada mulut gua vertikal (sinkhole), lubang air masuk (ponour), sungai permukaan hilang masuk ke mulut gua (shallow hole), dan lembah-lembah tidak teratur yang buntu (blind Valey). Selanjutnya, proses pelarutan berkembang ke bawah permukaan menghasilkan bentukan di bawah permukaan (endokars). Proses tersebut menghasilkan jaringan lorong-lorong komplek dengan jenis dan ukuran bervariasi membentuk sistem perguaan (cave sistem) atau sistem sungai bawah tanah.
C.2 Fisiografi & Geomorfologi
Berdasarkan pengklasifikasian fisiografi Jawa (Bemmelen, 1949) tersebut maka Kawasan Kars Sukolilo Pati terletak pada pegunungan Kendeng (antiklinorium Bogor – Serayu Utara - Kendeng). Tepatnya pada Pegunungan Kendeng Utara yang merupakan lipatan perbukitan dengan sumbu membujur dari arah Barat – Timur dan sayap Lipatan berarah Utara – Selatan.
Morfologi Kawasan Kars Sukolilo Pati secara regional merupakan komplek perbukitan kars yang teletak pada struktur perbukitan lipatan. Setelah perlipatan mengalami proses pelarutan, pada bagian puncak perbukitan Kars di permukaan (eksokars) ditemukan morfologi bukit-bukit kerucut (conical hills), cekungan-cekungan hasil pelarutan (dolina), lembah-lembah aliran sungai yang membentuk mulut gua (Sinkhole), mata air dan telaga kars ditemukan pada bagian bawah tebing. Morfologi bawah permukaan (endokars) kawasan kars tersebut terbentuk morfologi sistem perguaan dan sungai bawah tanah. Pada bagian Utara dan Selatan batas akhir batuan kapur/ batugamping merupakan dataran.
Ketinggian tertinggi komplek perbukitan kars ini antara 300 - 530 mdpl. Bagian Selatan dari perbukitan tersebut terdapat tebing yang memanjang dari Barat – Selatan dengan kemiringan lereng tegak hingga atau curam. Bagian ini merupakan blok struktur patahan dari komplek Perbukitan Kars Sukolilo Pati yang terbentuk saat proses pengangkatan Pegunungan Kendeng Utara.
C.3 Geologi
Stratigrafi kawasan Kars Kendeng Utara masuk kedalam Formasi Bulu dengan batuan penyusun (litologi) batu gamping masif yang mengandung koral, alga dan perlapisan batugamping yang juga mengandung foram laut berupa koral, orbitoid dan alga. Sesekali diselangselingi oleh Batupasir Kuarsa bersifat karbonatan. Formasi Bulu penyusun kawasan Kars Grobogan ini terbentuk pada masa Meosen Tengah – Meosen Atas, terbentuk 25 juta tahun yang lalu berdasarkan skala waktu geologi.
Struktur geologi yang berkembang di Kawasan Kars Sukolilo adalah struktur sinklinal. Pada bagian Formasi Bulu yang menjadi kawasan kars merupakan bagian dari sinklin dengan arah sayap lipatan Utara – Selatan. Sumbu sinklin terdapat pada bagian puncak komplek perbukitan kars yang memanjang dari Beketel hingga wilayah Wirosari, perbatasan dengan Blora. Terdapat juga struktur patahan yang berarah relatif Timur Laut – Barat Daya. Kondisi struktur geologi demikian menyebabkan batugamping sebagai batuan dasar penyusun formasi Kars Sukolilo Pati memiliki banyak rekahan, baik yang berukuran minor maupun mayor. Rekahan-rekahan ini merupakan cikal bakal pembentukan dan perkembangan sistem perguaan di kawasan kars setelah mengalami proses pelarutan dalam ruang dan waktu geologi.
C.4 Speleologi
Mulut-mulut gua di kawasan ini tersingkap dengan 2 tipe. Yaitu tipe runtuhan dan pelarutan dari permukaan. Tipe runtuhan umumnya membentuk mulut gua vertikal, Contohnya Gua Kembang, Dusun. Wates, Gua Lowo Misik, Gua Kalisampang, Gua Tangis, Gua Telo, Gua Ngancar, dan Sumur Jolot Dusun Kancil, Desa Sumber Mulyo Pati. Tipe ini memiliki karakter banyak terdapat bongkahan batuan yang runtuh dari atap lorong, hal ini merupakan bukti bahwa sistem gua ini terbentuk pada jalur rekahan yang relatif lemah sehingga batuan dasarnya labil dan mudah lepas. Disamping itu juga akan di temukan lorong-lorong yang berkelok-kelok seperti retakan batuan. Bukti lain kalau kontrol struktur mempengaruhi pembentukan gua dapat dilihat pada penjajaran ornamen gua di atap-atap yang terbentuk dari hasil pengendapan karbonat hasil pelarutan.
Selain kontrol struktur yang dominan di Kawasan Kars Sukolilo Pati dalam pembentukan sistem perguaannya, proses pelarutan yang berasal dari air permukaan juga terdapat di kawasan ini. Dapat di jumpai di beberapa gua yang mulutnya terdapat di dasar-dasar lembah, Seperti pada Gua Urang, Dsn. Guwo, Kemadoh Batur, Grobogan Gua Bandung, Gua Serut, Gua Gondang dan Gua Banyu Desa Sukililo dan Gua Wareh Desa Kedungmulyo, Kecamatan Sukolilo serta Gua Pancur di Kecamatan Kayen. Pada musim hujan mulut-mulut gua tersebut merupakan jalur sungai periodik yang masuk kedalam gua dan juga sebagai sungai utama yang keluar dari dalam gua. Pada umumnya gua-gua horizontal di kawasan ini berkembang mengikuti pola perlapisan batuan dasarnya dengan kemiringan lapisan ke arah Utara sehingga akumulasi sungai-sungai permukaan akan terpusat pada daerah-daerah bawah yang keluar melalui mata air ataupun mulut-mulut gua. (lebih detailnya, lihat Tabel 1. Daftar gua di kawasan Kars Pati (Kendeng Utara)).
Selama proses karstifikasi berlangsung, sistem hidrologi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan sistem-sistem perguaan yang terakumulasi pada zona jenuhnya menjadi aliran bawah permukaan atau sungai bawah permukaan. Gua menjadi corridor sistem penghubung antara proses-proses eksokars di permukaan dan endokars dibawah permukaan. Corridors adalah suatu struktur fungsional pada bentanglahan, adanya corridors menjadi dasar untuk mencegah fragmentasi menjadi kepingan atau sebaliknya untuk meningkatkan penetrasi dari makhluk asing. Corridors adalah suatu fungsi struktur dalam satu bentuklahan. Corridors dapat terbentuk oleh topografi seperti adanya siklus hidrologi seperti lapisan sungai, oleh manusia seperti pada kasus pembukaan hutan.
C.5 Hidrogeologi Kars
Pola hidrogeologi Kawasan Kars Sukolilo Pati secara regional adalah pola aliran paralel dimana terdapat penjajaran mataair dan mengikuti struktur geologi yang ada. Pola aliran seperti ini merupakan cerminan bahwa pola aliran sungai di Kawasan Kars Sukolilo Pati dipengaruhi oleh struktur geologi yang berkembang. Sungai-sungai yang mengalir dibagi menjadi dua zona, yaitu zona aliran Utara dan zona aliran Selatan. Baik zona Utara maupun Selatan adalah sungai-sungai yang muncul dari rekahan batugamping kawasan tersebut atau Kars Spring dengan tipe mata air kars rekahan (fracture springs). Terbentuknya mataair rekahan tersebut akibat terjadinya patahan pada blok batugamping di kawasan ini saat proses pengangkatan dan perlipatan.
Zona ditemukannya penjajaran mata air tersebut merupakan batas zona jenuh air di Kawasan Kars Sukolilo Pati. Pada Zona Utara pemunculan mata air kars berada pada daerah-daerah berelief rendah hingga dataran dengan kisaran ketinggian 20 - 100 mdpl dan pada Zona Selatan muncul pada ketinggian antara 100 - 350 mdpl. Bukti lain bahwa proses karstifikasi kawasan ini masih berlanjut dan masih merupakan fungsi hidrologis adalah ditemukannya sungai-sungai bawah permukaan yang keluar sebagai aliran permukaan melalui corridor-corridor mulut gua yang ada pada daerah Sukolilo. Bukti ini dapat dilihat dari sungai bawah tanah yang terdapat di Gua Wareh, Gua Gua Gondang, Gua Banyu dan Gua Pancuran. Keempat gua tersebut merupakan sistem perguaan sekaligus sistem sungai bawah tanah yang masih aktif. Fenomena tersebut memberikan gambaran bahwa perbukitan Kawasan Kars Sukolilo Pati berfungsi sebagai kawasan resapan air (recharge area), kemudian air resapan tersebut terdistribusi keluar melalui mata air-mata air yang bermunculan di bagian permukiman dan di daerah-daerah dataran sekitar Kawasan Kars Pati.
Dalam Kawasan Kars Kendeng ini terdapat 33 sumber mata air yang mengelilingi Kawasan Kars Grobogan dan 79 sumber mata air yang mengelilingi Kawasan Kars Sukolilo Pati (Kendeng utara). Keseluruhan mata air tersebut bersifat parenial artiya terus mengalir dalam debit yang konstan meskipun pada musim kemarau. Berikut ini daftar mata air hasil survey di kawasan Kars Grobogan (Kendeng Utara). Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa pemunculan air di sepanjang musim selalu berubah. Pada musim kemarau berdasarkan perhitungan dari 38 sumber air yang ada di kawasan Sukolilo mencapai lebih dari 1000 lt/dtk, dan mencukupi kebutuhan air lebih dari 7882 KK yang ada di Kecamatan Sukolilo. Perhitungan ini akan lebih meningkat drastis pada saat musim hujan. (lebih ditailnya, lihat Tabel 2. Daftar mata air kawasan Kars Pati (Kendeng Utara))
D. FUNGSI KAWASAN
Kawasan Kars Sukolilo memiliki fungsi utama sebagai fungsi hidrologi, yang berguna bagi kelangsungan sistem ekosistem yang ada di kawasan kars. Banyaknya outlet-outlet mataair yang keluar menunjukkan bahwa Kawasan Kars Sukolilo merupakan kawasan kars aktif yang telah dan sedang mengalami proses karstifikasi. Keberadaan air yang melewati sungai-sungai bawah permukaan dan sumber-sumber air sangat memberikan peranan penting terhadap setiap aset-aset kehidupan dan penghidupan yang ada di kawasan kars baik oleh biota-biota yang ada di dalam gua, flora dan fauna yang ada di permukaan dan manusia sebagai komponen utama yang berperan penting dalam suatu ekosistem. Perbukitan batugamping kawasan ini memiliki sifat-sifat kawasan karst.
Ciri-ciri penting bentukan bukit dan lembah yang khas akibat proses-proses pelarutan, terdapat gua-gua, aliran sungai bawah permukaan, dan mataair. Air hujan yang jatuh di perbukitan, akan meresap ke dalam tanah, masuk ke rekahan-rekahan dan pori-pori batugamping menjadi aliran konduit. Selanjutnya, air mengalir ke tempat yang lebih rendah melalui rekahan-rekahan dan kemiringan lapisan batuan yang membentuk lorong-lorong gua, menjadi aliran sungai bawah permukaan. Hingga akhirnya, air akan muncul lagi ke permukaan tanah di tempat yang lebih rendah menjadi mataair
Fisik dan struktur geologi perbukitan ini, dengan sempurna telah menyimpan dan memelihara air, dalam jumlah dan masa tinggal yang ideal. Sehingga dapat mencukupi kebutuhan air bagi warga setempat di musim kemarau sampai datangnya musim hujan berikutnya. “Kemampuan bukit karst dan mintakat epikarst pada umumnya telah mampu menyimpan tiga hingga empat bulan setelah berakhirnya musim penghujan, sehingga sebagian besar sungai bawah tanah dan mataair mengalir sepanjang tahun dengan kualitas air yang baik.”(Haryono. 2001).
Mata air epikarst, menurut studi Linhua (1996), dikenal mempunyai kelebihan dalam hal:
1. Kualitas air. Air yang keluar dari mataair epikarst sangat jernih karena sedimen yang ada sudah terperangkap dalam material isian atau rekahan.
2. Debit yang stabil. Mataair yang keluar dari mintakat epikarst dapat mengalir setelah 2-3 bulan setelah musim hujan dengan debit relatif stabil.
3. Mudah untuk dikelola. Mataair epikarst umumnya muncul di kaki-kaki perbukitan, sehingga dapat langsung ditampung tanpa harus memompa
4. Kawasan karst ini menjadi sebuah tandon air alam raksasa bagi semua mataair yang terletak di kedua kabupaten tersebut. Akifer yang unik menyebabkan sumberdaya air di kawasan karst terdapat sebagai sungai bawah permukaan, mataair, danau dolin/telaga, dan muara sungai bawah tanah (resurgence). Kawasan karst disinyalir merupakan akifer yang berfungsi sebagai tandon terbesar keempat setalah dataran aluvial, volkan, dan pantai.
Selain potensi sumber daya air, sebagian gua di kawasan karst Kendeng Utara Pati merupakan tempat tinggal bagi komunitas kelelawar. Kelelawar sangat berperan dalam mengendalikan populasi serangga yang menjadi hama dan vektor penyebaran penyakit menular.
Berdasarkan hasil kajian dapat ditarik kesimpulan :
1. Wilayah perbukitan pada kawasan Kendeng Utara merupakan kawasan Kars. Geomorfolgi Kawasan Kars Sukolilo adalah Perbukitan Kars Struktural dengan morfologi permukaan (eksokars) berupa bukit kerucut yang menjajar (conical hills), Tebing patahan yang memanjang, Lembah-lembah hasil pelarutan (dolina) dan mataair kars (kars spring). Morfologi bawah permukaan (endokars) ditemukan sistem perguaan struktural dan sungai bawah tanah yang berkembang mengikuti pola rekahan.
2. Pola aliran (sistem hidrologi) yang berkembang adalah pola pengaliran paralel yang dikontrol oleh struktur geologi yang ada dikawasan tersebut. Penjajaran mata air kars pada bagian Utara dan Selatan perbukitan kars Sukolilo, muncul pada ketinggian kisaran 5 -150 mdpl radius 1 – 2 km dari perbukitan kars Sukolilo. Mata air dan sistem sungai bawah tanah di Kawasan Kars Sukolilo bersifat parennial (mengalir sepanjang musim). Fungsi hidrologi di kawasan ini merupakan pengontrol utama sistem ekologi yang meliputi hubungan antara-komponen-komponen abiotik (tanah, batuan, sungai, air, dll), biotik (biota-biota gua serta flora dan fauna yang ada di kawasan kars), dan culture (lingkungan sosial, masyarakat, kebudayaan, dan adat istiadat) yang berinteraksi antara satu dengan yang lainnya membentuk suatu ekosistem dimana kars sebagai kontrol utamanya.
3. Perbukitan Kawasan Kars Sukolilo berfungsi sebagai daerah resapan dan penyimpan air untuk mataair–mata air yang mengalir di pemukiman, baik dibagian Utara maupun bagian Selatan Kawasan ini. Komplek perguaan kawasan Kars Grobogan memiliki potensi sumber daya air untuk kebutuhan dasar 8.000 rumah tangga serta 4.000 ha lahan pertaniaan sebagai sumber penghidupan mereka. Pola permukiman di kawasan tersebut semuanya mendekati pemunculan mata air-mata air, terutama pada bagian-bagian atas.
Berdasarkan hasil kajian dari fakta-fakta lapangan mengenai potensi dan kerberlangsungan fungsi utama kawasan kars grobogan, maka Kawasan Kars Pati – Kawasan Kars Grobogan masuk dalam klasifikasi Kawasan Kars Kelas 1 menurut Kepmen ESDM NO. 1456/K/20/MEM/2000 pasal 12

TAMBANG EMAS BATUGOSOK KEC.KOMODO KAB. MANGGARAI BARAT, NTT

PEMBANGUNAN HOTEL DAN MALL DI KAWASAN BENTEN VASTNBURG
Dari sejarah panjang Surakarta, sangat disayangkan minimnya upaya pelestarian beberapa potensi sejarah dan konservasi bangunan lama. Pelestarian berkaitan erat dengan wawasan identitas. Identitas regional terbentuk dari sosok arsitektur dan lingkungan budaya yang beragam.
Unsur-unsur yang membentuk sosok arsitektur dan lingkungan budaya meliputi khazanah arkeologis, warisan arsitektur tradisional, peninggalan kolonial, arsitektur modern, dan arsitektur pascamodern. Warisan arsitektur tradisional dan peninggalan kolonial menjadi pusat perhatian dalam perwujudan identitas Surakarta.
SURAKARTA dikenal sebagai kota lama yang masih kental dengan nuansa budaya tradisional. Bila ditarik ke belakang, romantika sejarah Kota Surakarta sangat mengesankan. Hal ini terekam dalam banyaknya peninggalan bersejarah yang masih banyak dijumpai di sudut-sudut Surakarta. Di antaranya, lingkungan Keraton Kasunanan dan Mangkunegaraan, sedangkan kawasan Gladak meliputi Benteng Vastenburg, bangunan Bank Indonesia sampai Pasar Gede Hardjonagoro merupakan bangunan kuno yang dipengaruhi napas arsitektur kolonial.
Kawasan Gladak merupakan koridor kawasan lama Surakarta yang dulu banyak ditumbuhi pohon besar yang rindang. Kawasan ini dimulai dari Gapura Gladak sampai bangunan Gereja Katolik Purbayan. Seiring masuknya penjajahan kolonial Belanda, kawasan ini menampakkan nilai modern dengan munculnya beberapa bangunan fasilitas umum dan militer yang dibangun gubernur Belanda. Tetapi, lambat laun pada masa sekarang, dengan letak yang strategis di pusat kota, kepentingan ”bisnis” menjadikan kawasan Gladak gersang kehilangan kualitas makna simbolis keasrian sejarahnya.
Salah satu contoh nyata adalah tidak terawatnya situs bangunan Benteng Vastenburg peninggalan Belanda. Nama Vastenburg berarti ’istana yang dikelilingi tembok kuat’. Bangunan ini didirikan Gubernur Jenderal Baron Van Imhoff pada tahun 1775-1779 atau 32 tahun setelah berdirinya Surakarta.
Benteng ini dulu merupakan benteng pertahanan yang berkaitan dengan posisi Keraton Kasunanan dan rumah gubernur Belanda (kantor Balaikota) di kawasan Gladak di pusat kota. Bentuk tembok benteng berupa bujur sangkar yang ujung-ujungnya terdapat penonjolan ruang yang sama untuk teknik peperangan yang disebut seleka (bastion). Di sekeliling tembok benteng terdapat parit yang berfungsi sebagai pertahanan dengan jembatan di pintu depan dan belakang. Bangunan terdiri dari beberapa barak yang terpisah, sesuai fungsi masing-masing dalam militer. Di tengahnya terdapat lahan terbuka untuk persiapan pasukan atau apel bendera.
Alangkah indahnya bila lahan tersebut ditata sebagai ruang publik taman kota yang asri dengan bangunan utamanya sebagai elemen fasilitas umum. Di sisi lain, jelas bangunan ini termasuk bagian sejarah bangsa Indonesia dan khususnya bagian sejarah awal keberadaan Kota Surakarta.
Benteng Vastenburg sangat potensial untuk upaya pengembangan melalui usaha pelestarian. Dengan fisik tapak yang letaknya strategis di tengah kota dan memiliki lahan luas, kompleks ini dapat dimanfaatkan sebagai ruang umum semua warga Surakarta.
James Marston Fitch dalam bukunya Historic Preservation (1990) mengatakan, pelestarian dapat dilakukan melalui usaha revitalisasi, yaitu dengan memodifikasi fungsi bangunan lama agar dapat digunakan untuk fungsi baru yang lebih sesuai tanpa mengubah dominasi karakter bangunan semula. Dilihat dari definisi tersebut, pembentukan fungsi baru diharapkan mampu meningkatkan nilai manfaat bangunan melalui keselarasan karakter, visual, maupun keselarasan fungsi yang direncanakan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Prof Muhammad Danisworo, MArch, MUP, PhD (1996) bahwa isu sentral perancangan pembangunan kota adalah kualitas lingkungan berupa kualitas fungsi dan kualitas visual yang saling mendukung.
Salah satu langkah menciptakan kualitas di atas, dapat kita lakukan melalui pendekatan kontekstualisme. Dalam pemikiran kontekstual, bangunan harus mempunyai keterkaitan dengan lingkungan sekitarnya yang dibentuk melalui proses penghidupan kembali napas spesifik dalam lingkungan sekitar atau bangunan lama ke dalam bangunan baru sesudahnya (Budi Sukada, 1993). Melalui pendekatan ini, rancangan aktivitas, bentuk visual, dan karakter bangunan baru nantinya akan selaras dan dapat diterima aktivitas, langgam, dan karakter lingkungan sekitarnya yang telah mapan.
Dengan adanya potensi eksotis bangunan Benteng Vastenburg yang terabaikan ini, sudah semestinya pemerintah pusat maupun Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, melalui Pemerintah Kota Surakarta, segera melakukan revitalisasi terpadu dengan memberi vitalitas baru sesuai nilai konservasi maupun komersial.
Upaya ini diharapkan menghidupkan kembali lingkungan yang telah mati pada tapak situs bersejarah benteng Vastenburg dan meningkatkan kualitas lingkungan kawasan Gladak seraya menghubungkan nilai lama dengan nilai baru untuk pembangunan kota yang berkesinambungan demi masa depan Surakarta sebagai kota modern yang berjati diri budaya. Frank Loyd Wright (1976) mengatakan, semakin tinggi peradaban manusia, semakin peka mereka terhadap lingkungannya.

Akan Dibangun Hotel Berlantai 13 dan Mal
Setelah Indonesia merdeka, Benteng ini pun "diwarisi" oleh unsur bangsa kita yang memegang senjata, yakni kaum militer. Di era kemerdekaan benteng ini pernah berfungsi sebagai asrama militer, sebagai kompleks militer atau asrama untuk Brigade Infantri 6, Trisakti Baladaya dan Kostrad.
Dari tangan militerlah, pada tahun 1991, areal situs bersejarah seluas hektar ini ditukargulingkan dengan pihak swasta. Kini wilayah situs sejarah ini telah dikapling- kapling di delapan instansi berbeda. Menurut data BPN sejumlah pihak swasta tercatat sebagai pemilik "sah" lahan di kawasan Vastenburg yaitu PT Benteng Gapuratama, PT Benteng Perkasa Utama, Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Bank Danamon dan sejumlah pemilik perseorangan. PT Benteng Gapuratama, perusahaan milik Robby Sumampauw tercatat memiliki sebagian besar lahan di dalam benteng, juga areal sisi timur dan utara di luar benteng seluas sekitar 3,5 hektare.
Kemudian polemik tentang Benteng Vastenburg memuncak sejak November 2008 ketika ”pemilik” benteng berencana mau membangun hotel bertingkat 13 dan mal di atas situs yang dilindungi Undang-Undang Cagar Budaya ini. Pada tanggal 10 November 2008, puluhan budayawan Solo menggelar aksi untuk "merebut" cagar budaya ini dari tangan investor. Kaum Budayawan dan komunitas sejarah Kota Solo memang tidak pernah mengakui keabsahan penguasaan investor atas atas bangunan dan tanah benteng. Saat ini masih terjadi tarik-ulur menyikapi rencana pembangunan hotel tersebut. Pemerintah Daerah pun urung mengeluarkan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) karena tekanan masyarakat.
Jika pembangunan Hotel dan Mall itu terjadi maka merupakan tindakan perusakan lingkungan. Ini menurut UU no 4 tentang KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP pasal 1 butir 8 mengatakan bahwa perusakan merupakan adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik dan atau hayati lingkungan, yang mengakibatkan lingkungan itu kurang atau tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang berkesinambungan. Dalam pasal 20, dikatakan bahwa (1) Barangsiapa merusak dan atau mencemarkan lingkungan hidup memikul tanggung jawab dengan kewajiban membayar ganti kerugian kepada penderita yang telah dilanggar haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
(2) Tata cara pengaduan oleh penderita, tata cara penelitian oleh tim tentang bentuk, jenis, dan besarnya kerugian serta tata cara penuntutan ganti kerugian diatur dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Barangsiapa merusak dan atau mencemarkan lingkungan hidup memikul tanggung jawab membayar biaya biaya pemulihan lingkungan hidup kepada Negara.
(4) Tata cara penetapan dan pembayaran biaya pemulihan lingkungan hidup diatur dengan peraturan perundang-undangan. Dan ditambah pula dengan pasal 22 (1) Barangsiapa dengan sengaja melakukan perbuatan yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup atau tercemarnya lingkungan hidup yang diatur dalam undang-undang ini atau undang-undang lain diancam pidana dengan pidana penjara selama lamanya 10 (sepuluh) tahun dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).
(2) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan perbuatan yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup atau tercemarnya lingkungan hidup yang diatur dalam undang-undang ini atau undang-undang lain diancam pidana dengan pidana kurungan selama lamanya 1 (satu) tahun dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah).
(3) Perbuatan sebagaimana tersebut dalam ayat (1) pasal ini adalah kejahatan dan perbuatan sebagaimana tersebut dalam ayat (2) pasal ini adalah pelanggaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar